Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Bima Putra
KILASVIRAL.COM, KRAMAT JATI – Permukiman warga di Jalan Taman Harapan, RW 03, Cawang, Kramat Jati, Jakarta Timur terendam banjir luapan Kali Ciliwung pada Minggu (5/11/2023).
Di RW 03 Kelurahan Cawang tercatat tiga rukun tetangga (RT) terendam banjir luapan Kali Ciliwung akibat debit air kiriman dari Bogor dan Depok, yakni di RT 02, RT 04, dan RT 15.
Warga RT 02/RW 03, Sarinah (66) mengatakan banjir mulai merendam permukiman warga sejak Sabtu (4/11/2023) malam lalu mencapai titik tertinggi pada Minggu dini hari.
“Ketinggiannya tadi sampai lebih dari dua meter. Memang sebelumnya sudah ada peringatan banjir, tapi enggak nyangka sampai setinggi ini,” kata Sarinah di Jakarta Timur, Minggu (5/11/2023).
Menurutnya kenaikan debit air banjir kali ini lebih cepat dari biasanya sehingga banyak warga RW 03 yang tidak sempat menyelamatkan perabot, barang elektronik ke tempat lebih tinggi.
Dia mencontohkan kasur dan radio miliknya yang berada di lantai dua rumah tidak sempat terselamatkan karena cepatnya kenaikan banjir luapan Kali Ciliwung.
“Karena dikirain di lantai dua aman, tapi ternyata lebih tinggi dari perkiraan. Jadi barang-barang saya hanyut semua. Ini banjir pertama lagi setelah empat bulan kemarau,” ujar Sarinah.
Di permukiman warga RW 03 Kelurahan Cawang banjir luapan Kali Ciliwung baru berangsur surut pada Minggu siang, namun hingga pukul 14.00 WIB ketinggian masih berkisar 1,5 meter.
Sekretaris RT 15/RW 03, Imron menuturkan selain karena debit air kiriman dari Bogor dan Depok banjir luapan Kali Ciliwung ini diperparah karena derasnya curah hujan melanda Jakarta.
“Jadi sudah air kiriman dari Bogor dan Depok ditambah lagi sama hujan lokal makannya sampai setinggi ini. Tapi sampai sekarang enggak ada warga yang mengungsi,” tutur Imron.
Permukiman warga RW 03 Kelurahan Cawang sebenarnya termasuk wilayah yang terdampak proyek normalisasi Kali Ciliwung karena sejumlah warga tinggal di dekat aliran.
Namun sejak wacana pembebasan lahan untuk proyek normalisasi Kali Ciliwung mencuat beberapa tahun lalu hingga kini pengerjaan urung terealisasi karena masalah anggaran.
“Tahun 2021 sempat ada pengukuran tanah, warga juga sudah menyiapkan surat-surat (untuk proses ganti rugi pembebasan lahan), tapi sampai sekarang belum,” lanjut Imron.